Pages

Selasa, 17 Oktober 2023

 

Koneksi Antar Materi Modul 1.4 Budaya Positif

Oleh Meizir Akhmadi

 

Tujuan membangun budaya positif di sekolah adalah menumbuhkan karakter anak. Kita semua percaya bahwa tujuan penting sekolah adalah pembentukan karakter. Itulah mengapa banyak program sekolah yang bertujuan untuk menumbuhkan karakter murid.

Di sekolah, guru memegang peranan penting dalam pelaksanaan penumbuhan budaya positif.  Penerapan budaya positif yang kami jalankan di lingkungan sekolah sudah berjalan dengan cukup baik namun masih perlu ditingkatkan lagi, dalam hal ini penerapan budaya positif harus dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan.

Penerapan budaya positif merupakan implementasi serta perwujudan pemebelajaran sebagaimana yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara bahwa. Pendidikan adalah Pembudayaan Buah budimanusia yang beradab dan buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu kodrat alam dan Zaman atau Masyarakat. Oleh karenanya dalam hal ini dibutuhkan seorang guru yang mampu menerapkan nilai-nilai dan peran seorang guru. Guru  yang baik diharapkan tergerak, bergerak, dan menggerakkan dalam mencapai tujuan Pendidikan yang berpusat pada siswa. Guru Bersama siswa, dan orang tua merancang sebuah kalimat Prakarsa perubahan yang tertian dalam visi sebagai wujud tujuan Pendidikan kedepan

Budaya positif dapat diciptakan dengan menerapkan konsep-konsep seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan kelas atau sekolah, dan segitiga restitusi.

Dalam melakukan restitusi, guru dapat melakukan lima posisi kontrol yaitu: pemberi hukuman, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau dan manajer. Diantara kelima posisi tersebut, guru diharapkan mengambil posisi manajer. Posisi manajer adalah posisi dimana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Manajer tidak mengatur perilaku seseorang, namun membimbing siswa mengatur dirinya sendiri. Posisi manajer sesuai dengan visi guru penggerak yang sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu untuk menuntun segala kekuatan kodrat anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya demi terciptanya student wellbeing. Peran manajer juga memunculkan nilai-nilai guru seperti kemandirian, inovasi, kolaborasi, kreativitas, dan berpihak pada siswa. Guru dengan kualitas manajerial berarti dapat menerapkan nilai-nilai dan peran seorang guru,  baik disekolah maupun di masyarakat.

Segitiga restitusi mengajak kita untuk melakukan penanganan kasus/pelanggaran dengan 3 langkah yaitu :

1.     Menstabilkan identitas

Mengubah paradigma bahwa murid itu gagal, dan menggantikannya dengan paradigma bahwa murid akan menjadi orang yang sukses

2.     Validasi Tindakan

Melakukan validasi tentang apa yang sudah dilakukan dan ke depannya memvalidasi alasan apa dia melakukan hal tersebut atau  apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan kebaikanyang diinginkan.

3.     Menanyakan keyakinan kelas

Selanjutnya menanyakan keyakinan kelas yang sudah disepakati. Apakah keyakinan kelas yg sudah dibuat sebelumnya.

Ketiga langkah segitiga restitusi ini diharapkan menjadi budaya positif untuk kita lakukan.

Dari materi ini  hal menarik bagi saya, yaitu bagaimana penghargaan yang selama ini kita lakukan justru menjadi hukuman bagi siswa. Selama ini  kita memberikan penghargaan kepada siswa sebagai bentuk upaya memberikan motivasi kepada siswa agar lebih disiplin semangat untuk melakukan sesuatu, namun justru sebaliknya penghargaan ini justru bisa jadi hukuman bagi siswa, karena siswa akan bergerak karena motivasi ingin mendapatkan penghargaan itu bukan karena motivasi dalam dirinya.

Materi penerapan budaya positif memberikan banyak pencerahan bagi saya selaku guru. selama ini ketika menghadapi siswa yang melakukan pelanggaran, saya lebih banyak memposisikan diri sebagai  penghukum. Setiap menangani permasalahan siswa, saya hanya melakukan validasi tindakan dengan menanyakan alasan murid melakukan pelanggaran tersebut dan setelahnya keputusan akhir ada pada guru apakah dengan alasan yang disampaikan oleh murid murid layak diberikan hukuman atau tidak. Padahal posisi ini diharapkan sebagai Langkah terakhir Ketika tahapan-tahapan restitusi sudah tidak memberikan dampak positif bagi murid.

Harapan kedepan dengan mempelajari materi ini  saya sebagai guru mampu mengambil posisi manajer dalam menghadapi permasalahan siswa. Dengan harapan siswa mampu mengenali kesalahan yang diperbuat serta memiliki kesadaran dalam dirinya (motivasi intrinsik) bahwa apa yang dia lakukan salah serta tidak akan mengulanginya lagi. Dengan memposisikan diri sebagai pemantau atau manajer juga akan membawa dampak perasaan bahagia bagi semua orang yang terlibat karena kita tidak saling menyalahkan, namun bisa mengambil hikmah dari masalah yang dihadapinya.

Selain posis Kontrol dan Segitiga Restutusi Hal lain yang perlu dipelajari yaitu bagaimana menjalin hubungan baik serta kolaborasi khususnya dengan orang tua dan masyarakat pada umumnya dalam menumbuh kembangkan  budaya positif, karena penumbuhan budaya positif disekolah akan lebih efektif apabila diimbangi dengan penerapan di lingkugan rumah siswa, jadi budaya positif dilakukan murid dimanapun ia berada.


Kamis, 23 Juli 2020

Telaga Bidadari




Dahulu kala, ada seorang pemuda yang tampan dan gagah. Ia bernama Awang Sukma. Awang Sukma mengembara sampai ke tengah hutan belantara. Ia tertegun melihat aneka macam kehidupan di dalam hutan. Ia membangun sebuah rumah pohon di sebuah dahan pohon yang sangat besar. Kehidupan di hutan rukun dan damai. Setelah lama tinggal di hutan, Awang Sukma diangkat menjadi penguasa daerah itu dan bergelar Datu. Sebulan sekali, Awang Sukma berkeliling daerah kekuasaannya dan sampailah ia di sebuah telaga yang jernih dan bening. Telaga tersebut terletak di bawah pohon yg rindang dengan buah-buahan yang banyak. Berbagai jenis burung dan serangga hidup dengan riangnya. "Hmm, alangkah indahnya telaga ini. Ternyata hutan ini menyimpan keindahan yang luar biasa," gumam Datu Awang Sukma.

Keesokan harinya, ketika Datu Awang Sukma sedang meniup serulingnya, ia mendengar suara riuh rendah di telaga. Di sela-sela tumpukan batu yang bercelah, Datu Awang Sukma mengintip ke arah telaga. Betapa terkejutnya Awang Sukma ketika melihat ada 7 orang gadis cantik sedang bermain air. "Mungkinkah mereka itu para bidadari?" pikir Awang Sukma. Tujuh gadis cantik itu tidak sadar jika mereka sedang diperhatikan dan tidak menghiraukan selendang mereka yang digunakan untuk terbang, bertebaran di sekitar telaga. Salah satu selendang tersebut terletak di dekat Awang Sukma. "Wah, ini kesempatan yang baik untuk mendapatkan selendang di pohon itu," gumam Datu Awang Sukma.

Mendengar suara dedaunan, para putri terkejut dan segera mengambil selendang masing-masing. Ketika ketujuh putri tersebut ingin terbang, ternyata ada salah seorang putri yang tidak menemukan pakaiannya. Ia telah ditinggal oleh keenam kakaknya. Saat itu, Datu Awang Sukma segera keluar dari persembunyiannya. "Jangan takut tuan putri, hamba akan menolong asalkan tuan putri sudi tinggal bersama hamba," bujuk Datu Awang Sukma. Putri Bungsu masih ragu menerima uluran tangan Datu Awang Sukma. Namun karena tidak ada orang lain maka tidak ada jalan lain untuk Putri Bungsu kecuali menerima pertolongan Awang Sukma.
 Ratu Awang Sukma sangat mengagumi kecantikan Putri Bungsu. Demikian juga dengan Putri Bungsu. Ia merasa bahagia berada di dekat seorang yang tampan dan gagah perkasa. Akhirnya mereka memutuskan untuk menjadi suami istri. Setahun kemudian lahirlah seorang bayi perempuan yang cantik dan diberi nama Kumalasari. Kehidupan keluarga Datu Awang Sukma sangat bahagia.

 amun, pada suatu hari seekor ayam hitam naik ke atas lumbung dan mengais padi di atas permukaan lumbung. Putri Bungsu berusaha mengusir ayam tersebut. Tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah bumbung bambu yang tergeletak di bekas kaisan ayam. "Apa kira-kira isinya ya?" pikir Putri Bungsu. Ketika bumbung dibuka, Putri Bungsu terkejut dan berteriak gembira. "Ini selendangku!, seru Putri Bungsu. Selendang itu pun didekapnya erat-erat. Perasaan kesal dan jengkel tertuju pada suaminya. Tetapi ia pun sangat sayang pada suaminya.

 Akhirnya Putri Bungsu membulatkan tekadnya untuk kembali ke kahyangan. "Kini saatnya aku harus kembali!," katanya dalam hati. Putri Bungsu segera mengenakan selendangnya sambil menggendong bayinya. Datu Awang Sukma terpana melihat kejadian itu. Ia langsung mendekat dan minta maaf atas tindakan yang tidak terpuji yaitu menyembunyikan selendang Putri Bungsu. Datu Awang Sukma menyadari bahwa perpisahan tidak bisa dielakkan. "Kanda, dinda mohon peliharalah Kumalasari dengan baik," kata Putri Bungsu kepada Datu Awang Sukma." Pandangan Datu Awang Sukma menerawang kosong ke angkasa. "Jika anak kita merindukan dinda, ambillah tujuh biji kemiri, dan masukkan ke dalam bakul yang digoncang-goncangkan dan iringilah dengan lantunan seruling. Pasti dinda akan segera datang menemuinya," ujar Putri Bungsu.

Putri Bungsu segera mengenakan selendangnya dan seketika terbang ke kahyangan. Datu Awang Sukma menap sedih dan bersumpah untuk melarang anak keturunannya memelihara ayam hitam yang dia anggap membawa malapetaka.

Pesan moral : Jika kita menginginkan sesuatu sebaiknya dengan cara yang baik dan halal. Kita tidak boleh mencuri atau mengambil barang/harta milik orang lain karena suatu saat kita akan mendapatkan hukuman.

Gadis Penjual Korek Api




Di malam natal, orang-orang berjalan dengan wajah yang gembira memenuhi jalan di kota. Di jalan itu ada seorang gadis kecil mengenakan pakaian compang-camping sedang menjual korek api. "Mau beli korek api?" "Ibu, belilah korek api ini." "Aku tidak butuh korek api, sebab di rumah ada banyak." Tidak ada seorang pun yang membeli korek api dari gadis itu.

Tetapi, kalau ia pulang tanpa membawa uang hasil penjualan korek api, akan dipukuli oleh ayahnya. Ketika akan menyeberangi 'alan. Grek! Grek! Tiba-tiba sebuah kereta kuda berlari dengan kencangnya. "Hyaaa! Awaaaaas!" Gadis itu melompat karena terkejut. Pada saat itu sepatu yang dipakainya terlepas dan terlempar entah ke mana. Sedangkan sepatu sebelahnya jatuh di seberang jalan. Ketika gadis itu bermaksud pergi untuk memungutnya, seorang anak lakilaki memungut sepatu itu lalu melarikan diri. "Wah, aku menemukan barang yang bagus."

Akhirnya gadis itu bertelanjang kaki. Di sekitarnya, korek api jatuh berserakan. Sudah tidak bisa dijual lagi. Kalau pulang ke rumah begini saja, ia tidak dapat membayangkan bagaimana hukuman yang akan diterima dari ayahnya. Apa boleh buat, gadis itu membawa korek api yang tersisa, lalu berjalan dengan sangat lelahnya. Terlihatlah sinar yang terang dari jendela sebuah rumah. Ketika gadis itu pergi mendekatinya, terdengar suara tawa gembira dari dalam rumah.

Di rumah, yang dihangatkan oleh api perapian, dan penghuninya terlihat sedang menikmati hidangan natal yang lezat. Gadis itu meneteskan air mata. "Ketika ibu masih hidup, di rumahku juga merayakan natal seperti ini." Dari jendela terlihat pohon natal berkelipkelip dan anak-anak yang gembira menerima banyak hadiah. Akhirnya cahaya di sekitar jendela hilang, dan di sekelilingnya menjadi sunyi.

Salju yang dingin terus turun. Sambil menggigil kedinginan, gadis itu duduk tertimpa curahan salju. Perut terasa lapar dan sudah tidak bisa bergerak. Gadis yang kedinginan itu, menghembus-hembuskan nafasnya ke tangan. Tetapi, sedikit pun tak menghangatkannya. "Kalau aku menyalakan korek api ini, mungkin akan sedikit terasa hangat." Kemudian gadis itu menyalakan sebatang korek api dengan menggoreskannya di dinding.

Crrrs Lalu dari dalam nyala api muncul sebuah penghangat. "Oh, hangatnya." Gadis itu mengangkat tangannya ke arah tungku pemanas. Pada saat api itu padaamtungku pemanaspun menghilang. Gadis itu menyalakan batang korek api yang kedua. Kali ini dari dalam nyala api muncul aneka macam hidangan.

Di depan matanya, berdiri sebuah meja yang penuh dengan makanan hangat. "Wow! Kelihatannya enak." Kemudian seekor angsa panggang melayang menghampirinya. Tetapi, ketika ia berusaha menjangkau, apinya padam dan hidangan itu menghilang. Gadis itu segera mengambil korek apinya, lalu menyalakannya lagi. Crrrs!

Tiba-tiba gadis itu sudah berada di bawah sebuah pohon natal yang besar. "Wow! Lebih indah daripada pohon natal yang terlihat dari jendela tadi." Pada pohon natal itu terdapat banyak lilin yang bersinar. "Wah! Indah sekali!" Gadis itu tanpa sadar menjulurkan tangannya lalu korek api bergoyang tertiup angin. Tetapi, cahaya lilin itu naik ke langit dan semakin redup. Lalu berubah menjadi bintang yang sangat banyak.

Salah satu bintang itu dengan cepat menjadi bintang beralih. "Wah, malam ini ada seseorang yang mati dan pergi ke tempat Tuhan,ya... Waktu Nenek masih hidup, aku diberitahu olehnya." Sambil menatap ke arah langit, gadis itu teringat kepada Neneknya yang baik hati. Kemudian gadis itu menyalakan sebatang lilin la i. Lalu di dalam cahaya api muncul wujud Nenek yang dirindukannya. Sambil tersenyum, Nenek menjulurkan tangannya ke arah gadis itu.

"Nenek!" Serasa mimpi gadis itu melo ' mpat ke dalam pelukan Nenek. "Oh, Nenek, sudah lama aku ingin bertemu' " Gadis itu menceritakan peristiwa yang dialaminya, di dalam pelukan Nenek yang disayanginya. "Kenapa Nenek pergi meninggalkanku seorang diri? Jangan pergi lagi. Bawalah aku pergi ke tempat Nenek." Pada saat itu korek api yang dibakar anak itu padam. "Ah, kalau apinya mati, Nenek pun akan pergi juga. Seperti tungku pemanas dan makanan tadi..."

Gadis itu segera mengumpulkan korek api yang tersisa, lalu menggosokkan semuanya. Gulungan korek api itu terbakar, dan menyinari sekitarnya seperti siang harl. Nenek memeluk gadis itu dengan erat. Dengan diselimuti cahaya, nenek dan gadis itu pergi naik ke langit dengan perlahanlahan. "Nenek, kita mau pergi ke mana?" "Ke tempat Tuhan berada."

Keduanya semakin lama semakin tinggi ke arah langit. Nenek berkata dengan lembut kepada gadis itu, "Kalau sampai di surga, Ibumu yang menunggu dan menyiapkan makanan yang enak untuk kita." Gadis itu tertawa senang. Pagi harinya. Orang-orang yang lewat di jalan menemukan gadis penjual korek api tertelungkup di dalam salju. "Gawat! Gadis kecil ini jatuh pingsan di tempat seperti ini." "Cepat panggil dokter!"

Orang-orang yang berkumpul di sekitarnya semuanya menyesalkan kematian gadis itu. Ibu yang menolak membeli korek api pada malam kemarin menangis dengan keras dan berkata, "Kasihan kamu, Nak. Kalau tidak ada tempat untuk pulang, sebaiknya kumasukkan ke dalam rumah." Orang-orang kota mengadakan upacara pemakaman gadis itu di gereja, dan berdoa kepada Tuhan agar mereka berbuat ramah meskipun pada orang miskin.




Rabu, 10 November 2010

Manusia Satu Kata


Hari yang cerah. Raja Mahendra pergi ke hutan untuk menguji kemampuannya berburu. Ia melarang para pengawal mengikutinya masuk ke hutan. Di tengah hutan, tampak seekor kijang asyik makan rumput. Raja Mahendra langsung membidik anak panahnya.

Ah, kijang itu berhasil melarikan diri. Raja Mahendra mengejarnya. Namun ia terperosok masuk ke lubang yang cukup dalam. Ia berteriak sekeras-kerasnya memanggil para pengawal. Namun suaranya lenyap ditelan lebatnya hutan. Selagi Raja Mahendra merenungi nasibnya, ia terkejut melihat seseorang berdiri di tepi lubang.
“Hei! Siapa kau?” tanya Raja. Orang itu tak menjawab. “Aku Raja Mahendra! Tolong naikkan aku!” pintanya dengan nada keras. “Tidak!” jawab orang itu. Raja menjadi geram. Ia ingin memanah orang itu. Namun sebelum anak panah melesat, orang itu lenyap. Tak lama kemudian, jatuhlah seutas tali. Raja mengira itu pengawalnya. Namun, ternyata orang tadi yang melempar tali.

“Jadi kau mau menolongku?”
“Tidak!” jawabnya lagi. Raja menjadi bingung. Katanya tidak, mengapa memberi tali? Apa boleh buat, yang penting orang itu mau menolongnya. Raja Mahendra berhasil naik. Ia mengucapkan rasa terima kasih.

“Maukah kau kubawa ke kerajaan?” tawar Raja.
“Tidak!” jawab si penolong.
“Kalau tidak mau, terimalah beberapa keping emas.”
“Tidak!” jawabnya lagi, tetapi tangannya siap menerima.
Akhirnya Raja Mahendra sadar, bahwa orang itu hanya bisa bicara satu kata. Yaitu tidak. Walau berkata tidak, orang itu dibawa juga ke kerajaan. Sampai di kerajaan Raja Mahendra memanggil Patih.

“Paman Patih, tolong berikan pekerjaan pada manusia satu kata ini. Ia hanya bisa berkata, tidak.”
“Mengapa paduka membawa orang yang amat bodoh ini?”
“Walau bodoh, ia telah menolongku ketika terperosok lubang.” Patih berpikir keras. Pekerjaan apa yang sesuai dengan orang ini.

Setelah merenung beberapa saat, Patih tersenyum dan berkata, “Paduka kan bermaksud mengadakan sayembara untuk mencari calon suami bagi sang putri. Tetapi sampai kini Paduka belum menemukan jenis sayembaranya.”
“Benar Paman Patih, aku ingin mempunyai menantu yang sakti dan pandai. Tetapi apa hubungannya hal ini dengan sayembara?”

“Peserta yang telah lolos ujian kesaktian, harus mengikuti babak kedua. Yaitu harus bisa memasuki keputren dengan cara membujuk penjaganya.”
“Lalu, siapa yang akan dijadikan penjaga keputren?”
Manusia satu kata itu, Paduka.”
“Lho, ia amat bodoh. Nanti acara kita berantakan!”
“Percayalah pada hamba, Paduka.”
Pada hari yang ditentukan, peserta sayembara berkumpul di alun-alun. Mereka adalah raja muda dan pangeran dari kerajaan tetangga. Di babak pertama, kesaktian para peserta diuji. Dan, hanya tiga peserta yang berhasil.

Ketiganya lalu dibawa ke depan pintu gerbang keputren. Patih memberi penjelasan pada mereka. Nampaknya mudah. Mereka hanya disuruh membujuk penjaga keputren sehingga dapat masuk keputren.

Peserta hanya boleh mengucapkan tiga pertanyaan.
“Penjaga yang baik. Bolehkah aku masuk keputren?” tanya peserta pertama.
“Tidak!” jawab si manusia satu kata.
“Maukah kuberi emas sebanyak kau mau, asal aku diperbolehkan masuk?”
“Tidak!”

Pertanyaan tinggal satu.
“Kau akan kujadikan Senopati di kerajaanku, asal aku boleh masuk.”
“Tidak!” ujar si manusia satu kata.
Peserta pertama gugur. Ia mundur dengan lemah lunglai. Peserta kedua maju. Ia telah menyusun pertanyaan yang dianggapnya akan berhasil,

“Penjaga, kalau aku boleh masuk keputren, kau akan kunikahkan dengan adikku yang cantik. Setuju?” pertayaan pertama peserta kedua.
“Tidak!”
“Separoh kerajaan kuberikan padamu, setuju?”
“Tidak!”
“Katakan apa yang kau inginkan, asal aku boleh masuk.”
“Tidak!”
Peserta kedua pun mundur dengan kecewa. Mendengar percakapan dua peserta yang tak mampu masuk keputren, Raja Mahendra tersenyum puas. Pandai benar patihku, katanya dalam hati.
Peserta terakhir maju.

Semua penonton termasuk Raja Mahendra memperhatikan dengan seksama. Raja muda itu tampak percaya diri. Langkahnya tegap penuh keyakinan.

“Wahai penjaga keputren, jawablah pertanyaanku baik-baik. Tidak dilarangkah aku masuk keputren?” tanyanya dengan suara mantap. Raja Mahendra, Patih, dan penonton terkejut dengan pertanyaan itu.

Dengan mantap pula penjaga menjawab.
“Tidak!” Seketika itu sorak-sorai penonton bergemuruh, mengiringi kebehasilan peserta terakhir. Si raja muda yang gagah lagi tampan. Raja Mahendra sangat senang dengan keberhasilan itu. Calon menantunya sakti dan pandai.

Sayembara usai. Manusia satu kata berjasa lagi pada Raja Mahendra. Ia dapat menyeleksi calon menantu yang pandai. Walau bodoh, Raja Mahendra tetap mempekerjakannya sebagai penjaga keputren.

Dikirim Oleh: Rafiif Wasis Ibaadurrahmaan
Sumber Cerita: Oleh Mujinem (Bobo No. 40/XXVII)

Senin, 02 Maret 2009

Cerita Tentang Pegambil Api



Antara banyak cerita dongeng di China, terdapat ramai pahlawan yang cerdik dan gagah berani untuk mendatangkan kebahagiaan kepada rakyat, Suiren iaitu pengambil api merupakan salah seorang daripada mereka.

Pada zaman silam, orang tidak tahu ada api dan juga tidak tahu bagaimana menggunakannya. Pada malam hari, gelap gulita di mana-mana, hanya haiwan liar sedang mengaum, ramai orang sangat takut dan hanya berkumpul bersama-sama pada cuaca yang sangat sejuk. Disebabkan tidak ada api, makanan hanya dapat dimakan mentah-mentah doleh manusia, oleh itu, manusia sering-sering jatoh sakit dan jangka hayat pendek.

Ada dewa di langit yang bernama Fu Xi, dia bersedih setelah mendapati kehidupan di kalangan rakyat sangat sukar. Untuk menyebabkan orang mengetahui kegunaan api, dewa Fu Yi telah membaca mantera supaya hujan lebat turun di hutan. Tiba-Tiba, sebatang pokok disambah petir dan pokok itu dibakar dan sangat cepat menjadi kebakaran yang membara. Ramai orang sangat takut dan melarikan diri dari tempat itu. Sebentar, hujan lebat telah berhenti, hari mulai gelap gulita, dan lebih sejuk selepas hujan. Orang yang melarikan diri juga berkumpul bersama-sama, mereka sangat takut ketika menyaksikan pokok yang sudah dibakar. Pada ketika itu, ada seorang pemuda mendapati, bunyi haiwan liar mengaum di kawasan sekitar tidak didengar. Dia berfikir, apakah haiwan liar takut akan cahaya api ? Oleh itu, dia dengan gagah berani pergi ke tempat yang berapi, dia terasa sangat panas. Dia dengan gembira panggil sekelian pergi ke sana sambil berkata: “Api ini tidak menakutkan kami, dan juga membawa keterangan dan kepanasan kepada kami”. Pada ketika itu, ramai orang juga mendapati, di tempat yang tidak jauh, ada haiwan liar yang mati dalam kebakaran besar dan mengeluarkan aroma yang menyedapkan. Mereka berkumpul di tepi api dan memakan daging haiwan liar yang sangat enak. Sejak itu, mereka tahu api adalah sangat berharga, kemudian, mereka memungut ranting pokok, menyalakan longgokan ranting pokok dan mengekalkannya. Pada setiap hari, ada orang mengawal di tepi api, supaya api tidak dapat dipadamkan. Namun, pada suatu hari, orang yang berkawal di tempat itu telah tidur, api telah padam setelah ranting pokok dibakar hangus. Ramai orang sangat sedih kerana mereka telah kembali ke kegelapan dan kesejokan.

Setelah mengetahui hal tersebut, dewa Fu Xi datang ke mimpi seorang pemuda yang terlebih dahulu menemukan kegunaan api dan memberitahu dia bahawa di barat yang jauh, terdapat negara Suiming yang mempunyai bahan yang menyalakan api, anda boleh mengambil api dari negara itu. Pemuda itu sedar dari mimpi dan teringat kenyataan yang dicakap oleh dewa, oleh itu dia berikrar pergi ke negara Suiming untuk mencari bahan menyalakan api.

Pemuda itu telah tiba di negara Suiming pada akhirnya setelah merentasi gunung tinggi, mengharungi sungai yang besar, menembusi hutan dan mengatasi banyak sukaran. Namun, tempat itu tidak ada sinaran matahari dan tidak berbeza siang hari dan malam, berada dalam gelap gulita dan sama sekali tidak ada api. Pemuda itu merasa sangat kecewa dan hanya duduk di bawah sebatang pokok yang besar untuk merehat. Tiba-tiba, pemuda itu melihat ada cahaya yang menerangi kawasan sekitarnya. Pemuda itu segera berdiri dan mencari sumber cahaya. Pada ketika itu, dia melihat beberapa ekor burung sedang mematok ulat di pokok. Asal saja mereka mematok pokok, percikan api akan dikeluarkan dari pokok itu. Pemuda itu dengan segera menggunakan ranting pokok yang kecil untuk bergesek dengan ranting pokok yang besar, ranting pokok itu memancarkan cahaya, tetapi tidak dibakar. Pemuda itu tidak putus asa, dan dengan sabar menggunakan pelbagai ranting pokok untuk mengadakan pergesekan. Pada akhirnya, ranting pokok itu mengeluarkan asap dan berapi. Pemuda itu sangat gembira atas kejayaan hal itu.

Pemuda itu telah kembali ke kampung halaman mereka, dan membawa cara pengambilan api dengan pergesekan ranting pokok yang tidak padam secara berkekalan. Sejak itu, manusia tidak hidup dalam kesejukan dan ketakutan. Ramai orang memilih pemuda itu sebagai ketua kaum mereka kerana keberanian dan kecerdikannya dan menyebutnya “ Suiren” iaitu bermakna pengambil api.

Rabu, 11 Februari 2009

CANDI BOROBUDUR



1. Sejarah Singkat Candi Borobudur
           Keberadaan candi Borobudur ditemukan oleh Gubernur Jenderal Sir Thomas Raffles pada tahun 1814. Saat itu Belanda dan Inggris berperang dan sempat wilayah nusantara dipimpin oleh Inggris. Saat Raffles berkunjung ke Semarang, ia mendapat laporan ada bukit yang penuh dengan relief. Bersama dengan H.C. Cornelius, seorang Belanda, disertai 200 orang dimulailah pembersihan situs berbentuk bukit tersebut.
 
          Tahun 1835 dan seterusnya mulailah tampak wujud sebenarnya bagian atas candi, diteruskan bertahun-tahun hingga dianggap selesai pada tahun 1850-an. Dan pada tahun 1873 seorang artis Belanda, F.C. Wilsen, menerbitkan monograf pertama relief-relief candi Borobudur, hingga kemudian Isidore van Kinsbergen memotret candi tersebut. Namun saat itu status dan struktur candi Borobudur masih diyakini tak stabil.
           Awal abad ke-20 dilakukan restorasi besar-besaran oleh Theodoor van Erp, yang bertugas di Magelang, sekaligus tergabung ke dalam Borobudur Commission. Erp melakukan metoda yang disebut anastylosis, yaitu suatu metoda untuk merekonstruksi bangunan tua bersejarah dengan perhitungan, simulasi, disassembly dan disusun kembali dengan bantuan batu, plester, semen untuk menahan struktur dan bagian yang telah hilang. Namun upaya ini kurang sukses karena kurangnya dana, sehingga Erp hanya fokus pada restorasi struktur dan drainase. 
          Tahun 1973 hingga 1984 UNESCO ikut membantu dalam upaya restorasi dan pendanaan candi ini. Dibongkar lebih lengkap, struktur tanah dan bukit diperkuat, serta kembali batu-batu disusun hingga tampak kemegahannya hingga sekarang. UNESCO pun memasukkannya ke dalam daftar World Heritage Site atau Warisan Dunia UNESCO.
          21 Januari 1985 beberapa stupa hancur karena serangan ledakan bom. Beberapa waktu lalu pembangunan di sekeliling candi juga menjadi isu kontroversial. Terakhir, kejadian gempa di Yogyakarta tidak membuat kerusakan struktur candi ini.
         Dongeng setempat mengatakan Gunadharma memimpin pembuatan candi ini di jaman Syailendra di akhir abad ke-8. Menurut seorang akademisi Belanda, nama Gunadharma adalah murni bahasa Sansekerta yang berarti dongeng rakyat tersebut bersumber dari fakta sejarah, sebab dongeng rakyat yang semata-mata dongeng hanya menampilkan figur nama lokal/setempat.
            Candi Borobudur dibangun sebagai sebuah candi besar, bukan sebuah komplek, yang jika dilihat tegak lurus dari atas berbentuk sebuah mandala besar di atas tanah. Bentuk dasar candi berukuran 123×123 meter, bertingkat 6 berbentuk bujur sangkar dan 3 tingkat ke atasnya berbentuk lingkaran dan ditutup dengan sebuah stupa besar. 
           Bahan dasar batu diambil dari sungai, dipahat, dibentuk kubus dengan sistem kunci coakan dan sengkedan, tidak ada penggunaan mortar atau bahan pelekat lainnya. Sebagai struktur sebuah bukit –katanya puncak bukit– menjadi tempat penyusunan batu-batu tersebut. Total batu struktur dan termasuk reliefnya –seluas 2.500m2– menghabiskan sekitar 55.000m3. 
             Gunadharma pun memikirkan sistem drainase, terutama saat musim hujan di mana curah hujan daerah tropis sangat tinggi, tetesan air hujan bisa mengalir deras dari puncak hingga ke bawah. Di tiap tingkat, di setiap sudutnya dibuat 100 lubang air dalam bentuk patung-patung yang unik.
             Menurut para ilmuwan pembangunan candi ini memakan waktu 50 tahun. Wajar jika legenda mengatakan Gunadharma sebagai arsiteknya meminta tetap berada di candi tersebut, moksa untuk menjaga kelestarian sebuah karya monumental, baik bagi Gunadharma sendiri, bagi Samaratungga dan putrinya, Pramudawardhani, dan bagi penerus wangsa Syailendra saat itu.
              Yang masih menjadi misteri adalah kepastian mengapa wilayah candi Borobudur adalah wilayah yang ditinggalkan. Saat Raffles menemukan candi ini, wilayah tersebut adalah bukan wilayah hunian, sebuah hal yang janggal ketika sebuah tempat peribadatan besar umat Budha tapi tidak ada penduduknya. Bahkan Majapahit atau pun Sunda Galuh tidak mencatat eksistensi candi ini.
            Para ilmuwan berkesimpulan Borobudur hilang karena tertimbun ledakan Gunung Merapi di awal abad ke-11, diiringi dengan pengungsian besar-besaran penduduk, menjadi wilayah desertir. Namun pendapat ini pun masih belum bisa dipastikan oleh para ilmuwan dan akademisi.
              Legenda Gunadharma pernah diangkat ke dalam sinetron beberapa tahun lalu. Namun saya hanya sempat melihat satu-dua episodenya, mungkin ada faktor rasa tak suka dengan kualitas industri sinetron buatan dalam negeri, tapi sedikit menyesal juga garis besar rangkaian cerita Gunadharma –walau hanya dongeng– tidak saya dapatkan.


2. Bangunan Candi
       Candi Borobudur dibuat/dibangun menggunakan batu andesit sebanyak 55.000 m3. Bangunan candi Borobudur berbentuk limas yang berundak-undak dengan tangga naik pada keempat sisinya (timur,selatan,barat,dan utara). pada candi Borobudur tidak ada ruangan dimana orang bisa masuk melainkan hanya bisa naik sampai terasnya.
lebar bangunan candi Borobudur : 123 m
Panjang bangunan candi Borobudur : 123m
Pada sudut yang membelok : 113m
Tinggi bangunan candi : 34,5m
Pada kaki candi yang asli ditutup dengan batu sebanyak 12.750m3, sebagai selasar dan undakannya.
Candi Borobudur merupakan tiruan dari kehidupan pada alam semesta, yang terbagi dalam tiga bagian besar yaitu kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatu.


3. Patung Budha
Patung budha di candi Borobudur berjumlah 504 buah, dengan uraian sebagai berikut:
Patung budha yang berada pada relung-relung : 432 buah
sedangkan pada teras I,II,III : 72 buah 
Jumlah 504 buah  
          Sekilas patung-patung budha itu tampak serupa semuanya, tetapi sesungguhnya ada juga perbedaan-perbedaannya. Perbedaan yang sangat jelas dan juga yang membedakan satu dan yang lainya ialah sikap tangannya, yang disebut mudra dan merupakan cirri khas untuk setiap patung. Sikap tangan budha di candi Borobudur ada enam macam, hanya saja oleh karena macam mudra yang dimiliki oleh patung-patung yang menghadap semua arah (timur, selatan, barat, dan utara) pada bagian rupadhatu maupun ada bagian arupadhatu pada umumnya menggambarkan maksud yang sama, maka jumlah mudra yang pokok ada lima
Kelima mudra itu ialah:
1. Bhumispara-mudra
2. Wara-mudra
3. Dhyana-mudra
4. Aphaya-mudra
5. Dharma cakra-mudra  
4. Patung singa
          Pada candi Borobudur selain patung budha juga terdapat patung singa, jumlah patung singa seharusnya tidak kurang dari 32 patung, akan tetapi bila dihitung sekarang mungkin jumlahnya kurang dari yang seharusnya ada, karena berbagai sebab.
         Satu-satunya patung singa besar, berada pada halaman sisi barat yang juga menghadap ke barat, seolah-oleh sedang menjaga bangunan candi yang megah dan anggun.

5. Stupa
Stupa dalam candi boro budur terdiri dari tiga macam:
1. Stupa induk
           Stupa induk berukuran lebih besar dari stupa-stupa lainnya dan terletak ditengah-tengah (paling atas) yang merupakan mahkota dari seluruh monument bangunan candi Borobudur. Garis tengah ± 9,90m.
2. Stupa berlubang/ terawang
         Stupa berlubang atau terawang ialah stupa yang terdapat pada teras I,II,dan III dimana di dalamnya terdapat patung budha. Di candi Borobudur seluruh stupa berlubang jumlahnya 72 buah.
3. Stupa kecil
         Stupa kecil hampir sama dengan stupa lainnya, hanya perbedaannya yang menonjol adalah dalam ukurannya yang memang lebih kecil dari stupa yang lainnya. Stupa ini seolah menjadi hiasan dari seluruh hiasan candi. Jumlah stupa kecil ada 1472 buah.

6. Relief 
LOKASI NAMA RELIEF JUMLAH
Kaki candi asli Karmawibhanga 160 pigura
Tingkat I ……..dinding
        langkan Lalitawistara 120 pigura
       Jataka/awadana 120 pigura
       Jataka/awadana 372 pigura
       Jataka/ awadana 128 pigura
Tingkat II…….dinding
      langkan Gandawyuha 128 pigura
      Jataka/ awadana 100 pigura
Tingkat III……dinding
      langkan Gandawyuha 88 pigura
      Gandawyuha 88 pigura
Tingkat IV……dinding
      langkan Gandawyuha 84 pigura
     Gandawyuha 72 pigura
Jumlah relief di candi borobudur 1460 pigura

GUA MAHARANI



A. Pemberian nama gua istana maharani

    Keunikan telah terjadi ketika memberi nama gua ini, banyak orang saling mengusulkan nama untuk gua baru ini baik dari pejabat maupun dari masyarakat. Oleh bupati daerah tingkat II lamongan H.R. Mohammad Faried, SH ditetapkan dengan nama MAHARANI. Kemudia gua ini sebagai taman wisata baru oleh H.R. Mohammad Faried ditambahkan dengan GUA ISTANA MAHARANI, atas usulan istri sunyoto nama maharani ditetapkan sampai saat ini.
        Pada saat itu H.R. Mohammad Faried S,H menanyakan kepada istrinya. Sebaiknya apa nama gua yang ditemukan segen tersebut yang dibawa pengawasan suaminya? Maka NY. Sunyoto mengusulkan sebuah nama GUA MAHARANI karena mempunyai alasan yang kuat yaitu:
Sehari sebelum tanggal 6 Agustus 1992 Ny. Sunyoto bahwa direlung batu didepan gua baru tempat kerja suaminya ini terlihat seorang wanita cantik memakai mahkota berwarna-warni. Mahkota cantik ini bercahaya kemilau berlapis emas, bertatahkan intan, berlian, bermotif hiasan bunga mawar dan dahlia. Ketika Ny. Sunyoto bangun dalam keheningan malam merasa ada bisikan bahwa dia baru saja melihat mahkota indah milik seorang ratu yang disebut maharani. Sang ratu bermahkota indah ini tampakdalam relung didepan pintu gua akhirnya menjadi kenyataan.
Kebetulan bahwa usulan Ny. Sunyoto mengiginkan nama gua baru tersebut disebut gua maharani sebab cucunya juga mempunyai nama yang sama yang sama yaitu Tiyas Maharani.
B. Isi Gua Alam Istana Maharani
        Menurut tata letak ornamen dinding yang ada memiliki bentuk beraneka ragam dengan diberi nama pelataran, paseban, garba, relung, umpak, selo (batu), karang. Kesemua nama tersebut mengandung falsafah kehidupan yang baik. Isi gua memiliki nama-nama dengan bahasa jawa kuno sesuai dengan wujud bentuk batuan.
        Pembagian ruang gua istana maharani ada 2 yaitu GARBA JAWI dan GARBA LEBET. Sedangkan garba jawi terdiri 2 relung (ruang cekung) yaitu RELUNG ANDIKA dan RELUNG BALEMUKO, kedua relung ini sebagai relung jobo (luar) dan disebut DWI JAMNO. Sebagai tamsil bahwa segala sesuatu dialam fana ini adanya berpasangan antaralain hidup-mati, pria-wanita, siang-malam,dll. Relung andika berarti ruang tinggi yang berpundak, ruang balemuko berarti ruang pertemuan pertama mempunyai lantai datar berbatu gragal merata. Garba lebet (ruang dalam gua) terdiri dari 2 bagian yaitu PELATARAN JOBO dan PELATARAN JERO, diantaranya 2 pelataran ini ada PASERBAN MAHARANI merupakan ruang luas yang dikelilingi jalan berpagar besi untuk para pengunjung.
          Paserban maharani ini dikelilingi oleh 7 relung disebut SAPTO WUJUDING JANMO (tujuh perwujudan manusia) dengan sebutan sebagai berikut:
1. EKO RELUNG BUWONO, artinya satu ruangan bumi
2. DWI RELUNG AGNI, artinya dua ruangan api
3. TRI RELUNG BAYU, artinya tiga ruangan angin
4. CATUR RELUNG TIRTO, artinya empat ruangan air
5. PONCO RELUNG JIWO, artinya lima ruangan jiwa
6. SATTO RELUNG ROGO, artinya enam ruangan raga
7. SAPTO RELUNG SUKMO, artinya tujuh ruangan sukma 
         Ketujuh sifat dan materi ini menunjukkan bahwa manusia itu hidup karena tujuh unsur yaitu memiliki unsur tanah (badan), unsur api (temperatur badan 37º C), unsur angin (nafas, kentut), unsur air (keringat, darah, air mata, ludah), unsur jiwa, raga, sukma (nyawa). Isi gua ada dilangit-langit gua, dilantai dan didinding gua memiliki nama dan model sebagaimana nama-nama tertulis tadi.
C. Nama-Nama Stalaktit dan Stalakmmit 
         Sebutan nama stalaktit dan stalakmit semula diajukan oleh bagian humas pemda kabupaten dati II lamongan dengan minta bantuan prof.dr. Suripan dari universitas negeri surabaya sebagai sastrawan ahli masalah kesenian kentrung.
Nama-nama batuan dimaksud adalah sebagaimana uraian berikut ini:
Garba jawi atau gerbang luar terdiri cekungan batu kapur yang ada disumur buatan bersumber dari kali bawah tanah yang airnya diambil untuk air terjun dalam gua, air wudlumushola dan kamar mandi semuanya ini berada dalam RELUNG ANDIKA(ruang atas). Relung yang kedua ialah RELUNG BALEMUKO pelataran menuju pintu yang bernama PINTU BABUSSALAM NUTFAHTUL KHASANAH atau gerbang paksi tatsoko dijaga oleh patung buatan diberi nama Nogowito Tirtomanggolo dan Nogowiro Dahonomanggolo.
Garba lebet terdiri 7 relung berada pada pelataran jobo dan pelataran jero yang di tengahnya ada arena paseban maharani.
pelataran jobo ; batuan stalaktit dan stalakmit yang ada ialah terdiri:
1. EKO RELONG BUWONO: Sekar Kantil Kembar, Sekar Melati Suci, Songgo Buwono.
2. SATTO RELUNG ROGO: Selo Sampeyan, Wojo Yakso, Wono Purwo Mahardiko, Wojo Ifrid, Selo Tasbeh Suci, Selo Mahkota Rama, Selo Putri Maharani.
3. SAPTO RELUNG SUKMO: Selo Waringin, Selo Wasisik, Dampar Singgasana, Janmo Suci, Selo Gajah, Mungkur, Selo Komo Sutro, Selo Pemongso.
4. PELATARAN JERO; batuan stalaktit dan stalakmit yang ada ialah terdiri:
5. DWI RELUNG AGNI: selo rogo sukmo,godo bu wono, ilat nogo, sekarwijaya kusuma.
6. TRI RELUNG BAYU: sekar kenongo,umpak paseban pandadaran,talingan bumi.
7. CATUR RELUNG TIRTO:selo panembahan,welud kuning, tirto salju sutro,glambir maheso maodo,lekuk sarodo, sayuto kartiko suci.
8. PONCO RELUNG JIWO: sekar kenikir gading, umpak paseban parenungan.
9. PASEBAN MAHARANI; batuan stalaktitdan stalakmit yang ada adalah bernama songgo langit, karang langit, mahkota maharani, selo candi pawon, selo candi purwo, selo kodok, selo mego mengdung, selo pelangi gumelar, guru yakso, semua ini ada dipelataran jobo. Selanjutnya yang berada dipelataran jero adalah benteng sengkolo, selo busono pandeto, selo godo rujak polo, selo galih keling, selo tapak tangan, songgo mego, selo tlale gajah, songgo mendung, karang tembok kuning.sekar mayang, karang bumi, karang langit coklat, karang langit gempal, karang langit riti, karang langit glabir.

D. Keajaiban Gua Alam 
        Jika gua akbar memiliki kelebihan luas dan berada di dalam kota maka gua istana maharani memiliki kelebihan keindahan stalaktit dan stalakmit yang unik dan mempesona serta berada ditepi jalan raya wisata pantai utara jawa dan berada dalam arena wisata tanjung kodok.
         Didalam gua terdapat sebuah keris bertuah bermotif ularyang dikuasai oleh jin yang berada dalam gua. Terlihat cahaya keris diatas blower angin, keris yang lain dan batu akik juga banyak bertebara dalam gua namun sulit diambil karena sebagai paku bumi kekuatan gua.
       Nama jin wanita penunggu gua maharani temuan sugeng ini adalah maharani dan cocok dengan nama cucu Ny. Sunyoto. Batuan stalakmit dan stalaktit dapat memberikan gambaran falsafah hidup dan merupakan simbul reproduksi modern sebagai realisasi. Pada zaman dahulu ada empat pemujaan untuk pemujaan kesuburan antara lain di candi sukuh berada dikaki gununglawu bung karno telah membuat lambang kesuburan yaitu Lingga dan Yoni. Lingga yaitu lambang kelamin pria (tegak ereksi) dan Yoni adalah lambang rahim (kelamin wanita).
        Lambang dalam gua maharani adalah kesuburan tempat menanam benih manusia yang terlambangkan sebagai:
1. Garba Jawi terdiri dari relung andika yaitu tempat masuknya penis pria dalam rahim wanita dan relung balemuko yaitu terjadinya orgasme dalam proses tempat pancara air seperma.
2. Garba Lebet terdiri dari paseban maharani dikelillingi 7 relung yaitu (Buwono, Agni, Bayu, Tirto, Jiwo, Rogo, Sukmo) adalah dalam rahim yang disebut tempat kandungan ibu bersemaian bibit manusia, bersekongkolnya sel jantan dan seltelur.

E. Alur Cerita Batuan Dalam Gua Alam
         Gua istana maharani terjadi pada zaman kapur dimana terjadi celah api didasar pegunungan yang kawahnya menyembur lidah api dan kini bekasnya menjadi gua-gua disekitar tanjung kodok dan ada sumber air panas diarahan selatan gua istana maharani. Menurut pengamatan sejarah tak ada seorangpun yang pernah masuk dalam gua ini sebab tidak ada pintu gua, baru pada tanggal 6 agustus 1992 orang pertama yang masuk adalah Sugeng (sang penemu). Untuk menghidupkan legenda batuan stalaktik dan stalakmit dalam gua maharani maka tersusunlah alur cerita sbegai berikut:
 Asal-usul manusia nenurut agama samawi adalah keturunan adam dan hawa yang datang dari surga, turun kebumi atas perintah tuhan untuk hidup meramaikan dunia sebagai homosapiens artinya manusia yang bijak berakal. Bangsa indonesia adalah bangsa bahari yang menguasai laut pada masa dulu kala yang mendiami ribuan pulau nusantara adalah cucu adam dan hawa.
 Dahuli kala ada seorang pengembara yang berlayar menguasai berbagai lautan nusantara. Pengembara ini adalah sepasang suami istri bernama RAJUL dan MAR’AH, berbudi pekerti baik penuh kasih sayang. Rajul dan Mar’ah telah mendarat diberbagai pantai nusantara dan hidup dalam pengembaraannya menyatu dengan kehidupan suku bangsa setempat.
            Pada kesempatan menyusuru patai utara jawa dengan perahu cadik sepasang suami istri ini perahunya terdampar ditanjung berbatu. Mar’ah merasa haus maka mengajak rajul suaminya untuk mencari air minum berjalan kearah timur menapak naik menanjak melewati batuan kapur yang kini menjadi dusun penanjan. Karena kelelahan mereka berjalan gontai sampi dipegunungan tanah tanjung yang penuh batuan, mencari cekungan batu disekitarnya ternyata dijumpai ada gua kecil yang didalamnya ada kali bawah tanah. Keduanya lalu meminum air gua tersebut dengan sepuasnya untuk menghilangkan dahaga.
          Rajul dan Mar’ah menamakan tanjung berbatu ini dengan nama tanjung kodoksebab ketika mereka meminum air dalam gua ternyata banyak kataknya (kodok) berada dalam gua yang jumlahnya ribuan ekor. Pada waktua akan keluar melalui pintu gua, pasangan suami-istri ini dikejutkan dengan suara mintak tolong “teot..teot..teot…”. ternyata Rajul dan Mar’ah mengetahui ada dua ekor katak raksasa terjepit batu karang yang tidak dapat melepaskan diri. dengan spontan dan penuh kasih sayang dua sejoli tersebut melakukan upaya menolong melepaskan kedua katak raksasa dari jepitanbatu hingga dapat bebas. Kedua raksasa itu ternyata raja dan ratu katak yang beribu-ribu tahun memimpin katak-katak dalam gua yng ada airnya tersebut. Raja dan ratu katak kembalimemmpin katak-katak kecil yang menjadi rakyatnya. Kali bawah tanah ini sekarang dapat dilihat berada disebelah barat pintu gerbang tanjung kodok, airnya dinaikan keatas untuk memenuhi air wudlu mushola diarena tanjung kodok.
         Kedua katak yang menguasai kerajaan kodok ditanjung berbatu dan dikenali dengan nama sri kodok puragung dan sri ayu kodok purnaningrum. Raja dan ratu katak sangat berterima kasih ats pertolongan rajul dan mar’ah yang telah melepaskan diriya darhimpitan batu karang, keduanya menjalin persahabatan dengan penolongnya. Sebab jasa baik ini maka katak mempesilahkan sahabatnya dikawasan tanjung daerah kekuasaanya. Pershabatan ini berlangsung lama sekali dan tolong menolong memenuhi kebutuhan hidup mereka. Rajul dan mar’ah tidak uasah naik perahu cadik lagi, keduanya menyebrangi lautan menuju pulau-pulau di nusantara untuk mencari persaudaraan dan bersilaturrahmi mencari kedamaian.
        Pada suatu hari terjadi ombak besar dan angin kencang dimana air laut naik karena es kutub mencair dahsatnya disebabkan panas matahari meningkat mencapai puncaknya. Hal ini diperkirakan bersamaan dengan zaman banjirnya nabi nuh dahulu. Melihat hal ini ternyata semua daratan dan pantainya rendah tenggelam tersapu ombak. Dengan kejadian ono maka raja dan ratu katak khawatir akan nasib kedua sahabatnya yaitu rajul dan mar’ah. Demi membalas jasa keduanya maka raja katak membuka rahasia dengan ikhlas memberikan “rumah gua” miliknya kepada sahabatnya tercinta. Rumah gua ini sangat indah laksana istana. Pada saat itu raju8l dan mar’ah tidak menyangka bahwa keduanya akan mendapatkan hadiah yang tak ternilai harganya. Rajul dan istrinya menerima hadiah ini dengan senang hati dan sangat berterima kasih kepada raja dan ratu katak. Mereka berdua bersyukur kepada tuhan yang maha esa. Mulai saat itu rajul dan mar’ah mendiami istana dalam tanah berbatu karang dengan segala persediaan kebutuhan hidup yang lebih dari cukup. Demi keamanan dari ombak besar yang cukup lama pada waktu itu, maka pintu istana bawah tanah ditepi pantai itu ditutup dari luar oleh raja katak sehingga tidak seorangpun tahu bahwa dikerajaan katak ditanjung kodok ada gua indah seperti istana. Hal ini dilakukan demi keselamatan dua sahabat tercinta. Kedua katak secara sadar dan ikhlas, beribu-ribu tahun siap menjaga diujung tanjung sebagai kesetiaan kepada sahabatnya. Raja dan ratu katak menghadang ombak menghadap kelaut untuk menjaga keselamatanistana dan kedua sahabatnya yang telah menyelamatkan dirinya. Kesetiaan raja dan ratu katak dibuktikan sampai akhir hayat, keduanya mati membeku dan mengeras menjadi batu di ujung tanjung sebagai batu kodok.
        Rajul dan mar’ah sebagai orang berbudi hidup rukun membina keluarga sejahtera. Konon menurut legenda rajul dan mar’ah meninggalkan seorang anak dan berkembang keturunannya disekitar tanjung kodok, mar’ah seorang yang cantik bertubuh molek dikenal sebagai ibu Maratusholikhah. Setiap ia mempunyai anak, maka bayi yang dilahirkanya tersebut selalu dimandikan disebuah sumber air yang bersih dan jernih berada dibagian selatan gua istana. Tempat pemandian ini dinamakan sendang agung, jika ada keluarga sakit maka dimandikan dengan air dari dari sumber air panas yang kini dikenal dengan pemandian sumber air panas Brumbun di dusun Tepanas.
         Anak tercinta pasangan Rajul dan marah dikenal dengan nama Nutfah. Nutfah adalah anak yang terakhir dari keluarga rajul. Sepeninggalan orang tuanya Nutfah dikenal dengan panggilan Nutfatulkhasanah mencari sesuatu amanat kedua orang tuanya. Dia mendapat wasiat dan diberi peninggalan sebuah kunci rumah. Setelah bertahun-tahun mencari wasiat orang tuanya sampailah disebuah tanjung yang diujungnya terdapat dua batu berbentuk kodok. Malam telah tiba maka nutfah mencari tempat yang aman yaitu sebuah cekungan berupa relung batu kapur, angin makin terasa menyelinap kedalam cekungan batu kapur, nutfah makin masuk kedalam dengan gontaiia masuk kedalam sebuah lorong menurun (kini diberi nama relung andika) lalu masuk lagi kedalam yang ada sebuah latar dan ruang agak sempit yang hawanya hangat (relung balemuko).
         Kemudian nutfah menemukan sebuah pintu besi untuk masuk dalam gua yang kanan-kirinya dijaga seekor naga dan diatasnya bertenger burung garuda mengepakkan sayapnya dan pintu itu bernama gerbang paksi tatsoko. Kunci peninggalan orang tuanya diambil dan dimasukkan kelubang kunci pintu besi, setelah dibuka ternyata ini adalah pintu istana maharani peninggalan orang tuanya atas pemberian raja dan ratu katak di tanjung kodok dan akhirnya sampai sekarang gua itu dibuka  

To: My Friend

Time Link