Pages

Minggu, 18 Mei 2008

Semut dan Kepompong


 Di suatu hutan yang rindang, hidup berbagai binatang buas dan jinak. Ada kelinci, burung, kucing, capung, kupu-kupu dan yang lainnya. Pada suatu hari, hutan dilanda badai yang sangat dahsyat. Angin bertiup sangat kencang, menerpa pohon dan daun-daun. Kraak…terdengar bunyi dahan-dahan berpatahan. Banyak hewan yang tidak dapat menyelamatkan dirinya, kecuali si semut yang berlindung di dalam tanah. Badai baru berhenti ketika pagi menjelang. Matahari kembali bersinar hangatnya.

Tiba-tiba dari dalam tanah muncul seekor semut. Si semut terlindung dari badai karena ia bisa masuk ke sarangnya di dalam tanah. Ketika sedang berjalan, ia melihat seekor kepompong yang tergeletak di dahan daun yang patah. Si semut bergumam,”Hmm, alangkah tidak enaknya menjadi kepompong, terkurung dan tidak bisa kemana-mana”. “Menjadi kepompong memang memalukan!” “Coba lihat aku, bisa pergi ke mana saja ku mau”, ejek semut pada kepompong. Semut terus mengulang perkataannya pada setiap hewan yang berhasil ditemuinya.

Beberapa hari kemudian, semut berjalan di jalan yang berlumpur. Ia tidak menyadari kalau lumpur yang diinjaknya bisa menghisap dirinya semakin dalam.“Aduh, sulit sekali berjalan di tempat becek seperti ini,” keluh semut. Semakin lama, si semut semakin tenggelam dalam lumpur. “Tolong…tolong,” teriak si semut.

“Wah, sepertinya kamu sedang kesulitan ya…?” Si semut terheran mendengar suara itu. Ia memandang kesekelilingnya mencari sumber suara. Dilihatnya seekor kupu-kupu yang indah terbang mendekatinya. “Hai, semut aku adalah kepompong yang dahulu engkau ejek. Sekarang aku sudah menjadi kupu-kupu. Aku bisa pergi ke mana saja dengan sayapku. Lihat… sekarang kau tidak bisa berjalan di lumpur itu kan?” Yah, aku sadar…. Aku mohon maaf karena telah mengejekmu. Maukah kau menolongku sekarang…?” kata si semut pada kupu-kupu.

Akhirnya kupu-kupu menolong semut yang terjebak dalam lumpur penghisap. Tidak berapa lama, semut terbebas dari lumpur penghisap tersebut. Setelah terbebas, semut mengucapkan terima kasih pada kupu-kupu. “Tidak apa-apa, memang sudah kewajiban kita untuk menolong yang sedang kesusahan bukan?, karenanya kamu jangan mengejek hewan lain lagi ya…? Karena setiap makhluk pasti diberikan kelebihan dan kekurangan oleh yang Maha Pencipta. Sejak saat itu, semut dan kepompong menjadi sahabat karib.

Moral : Sesama makhluk ciptaan Tuhan, janganlah saling mengejek dan menghina, karena siapa tahu yang dihina lebih baik kedudukannya daripada yang menghina.

Sumber : Elexmedia

Petualangan Sinbad

 Dahulu, di daerah Baghdad, timur tengah, ada seorang pemuda bernama Sinbad yang kerjanya memanggul barang-barang yang berat dengan upah yang sedikit, sehingga hidupnya tergolong miskin. Suatu hari, Sinbad beristirahat di depan pintu rumah saudagar kaya karena sangat lelah dan kepanasan. Sambil istirahat, ia menyanyikan lagu. "Namaku Sinbad, hidupku sangat malang, berapapun aku bekerja dengan memanggul beban di punggung tetaplah penderitaan yang kurasakan." Tak berapa lama muncul pelayan rumah itu, menyuruh Sinbad masuk karena dipanggil tuannya.

 Apakah namamu Sinbad ?", "Benar Tuan". "Namaku juga Sinbad", kata sang saudagar. Ia pun mulai bercerita, "Dulu aku seorang pelaut. Ketika mendengar nyanyianmu, aku sangat sedih karena kau berpikir hanya kamu sendiri yang bernasib buruk, dulu nasibku juga buruk, orangtua ku meninggalkan banyak warisan, tetapi aku hanya bermain dan menghabiskan harta saja. Setelah jatuh miskin aku bertekad menjadi seorang pelaut. Aku menjual rumah dan semua perabotannya untuk membeli kapal dan seisinya. Karena sudah lama tidak menemui daratan, ketika ada daratan yang terlihat kami segera merapatkan kapal. Para awak kapal segera mempersiapkan makan siang. Mereka membakar daging dan ikan. Tiba-tiba , permukaan tanah bergoyang. Pulau itu bergerak ke atas, para pelaut berjatuhan ke laut. Begitu jatuh ke laut, aku sempat melihat ke pulau itu, ternyata pulau tersebut, berada di atas badan ikan paus. Karena ikan paus itu sudah lama tak bergerak, tubuhnya ditumbuhi pohon dan rumput, mirip seperti pulau. Mungkin karena panas dari api unggun, ia mulai bergerak liar.

Mereka yang terjatuh ke laut di libas ekor ikan paus sehingga tenggelam. Aku berusaha menyelamatkan diri dengan memeluk sebuah gentong, hingga aku pun terapung-apung di laut. Beberapa hari kemudian, aku berhasil sampai ke daratan. Aku haus, disana ada pohon kelapa. Kemudian aku memanjatnya dan mengambil buah dan meminum airnya. Tiba-tiba aku melihat ada sebutir telur yang sangat besar. Ketika turun, dan mendekati telur itu, tiba-tiba dari arah langit, terdengar suara yang menakutkan disertai suara kepakan saya yang mengerikan. Ternyata, seekor burung naga yang amat besar.

Setelah sampai disarangnya, burung naga itu tertidur sambil mengerami telurnya. Sinbad menyelinap dikaki burung itu, dan mengikat erat badannya di kaki burung naga dengan kainnya. "Kalau ia bangun, pasti ia langsung terbang dan pergi ke tempat di mana manusia tinggal." Benar, esoknya burung naga terbang mencari makanan. Ia terbang melewati pegunungan dan akhirnya tampak sebuah daratan. Burung naga turun di sebuah tempat yang dalam di ujung jurang. Sinbad segera melepas ikatan kainnya di kaki burung dan bersembunyi di balik batu. Sekarang Sinbad berada di dasar jurang. Sinbad tertegun, melihat disekelilingnya banyak berlian.

Pada saat itu, "Bruk" ada sesuatu yang jatuh. Ternyata gundukan daging yang besar. Di gundukan daging itu menempel banyak berlian yang bersinar-sinar. Untuk mengambil berlian, manusia sengaja menjatuhkan daging ke jurang yang nantinya akan diambil oleh burung naga dengan berlian yang sudah menempel didaging itu. Sinbad mempunyai ide. Ia segera mengikatkan dirinya ke gundukan daging. Tak berapa lama burung naga datang dan mengambil gundukan daging, lalu terbang dari dasar jurang. Tiba-tiba, "Klang! Klang! Terdengar suara gong dan suling yang bergema. Burung naga yang terkejut menjatuhkan gundukan daging dan cepat-cepat terbang tinggi. Orang-orang yang datang untuk mengambil berlian, terkejut ketika melihat Sinbad.

Sinbad menceritakan semua kejadian yang dialaminya. Kemudian orang-orang pengambil berlian mengantarkan Sinbad ke pelabuhan untuk kembali ke negaranya. Sinbad menjual berlian yang didapatnya dan membeli sebuah kapal yang besar dengan awak kapal yang banyak. Ia berangkat berlayar sambil melakukan perdagangan. Suatu hari, kapal Sinbad dirampok oleh para perompak. Kemudian Sinbad dijadikan budak yang akhirnya dijual kepada seorang pemburu gajah. "Apakah kau bisa memanah?" Tanya pemburu gajah. Sang pemburu memberi Sinbad busur dan anak panah dan diajaknya ke padang rumput luas. "Ini adalah jalan gajah. Naiklah ke atas pohon, tunggu mereka datang lalu bunuh gajah itu". "Baik tuan," jawab Sinbad ketakutan.

Esok pagi, datang gerombolan gajah. Saat itu pemimpin gajah melihat Sinbad dan langsung menyerang pohon yang dinaiki Sinbad. Sinbad jatuh tepat di depan gajah. Gajah itu kemudian menggulung Sinbad dengan belalainya yang panjang. Sinbad mengira ia pasti akan dibunuh atau di banting ke tanah. Ternyata, gajah itu membawa Sinbad dengan kelompok mereka ke sebuah gunung batu. Akhirnya terlihat sebuah air terjun besar. Dengan membawa Sinbad, gajah itu masuk ke dalam air terjun menuju ke sebuah gua. "Ku..kuburan gajah!" Sinbad terperanjat. Di gua yang luas bertumpuk tulang dan gading gajah. Pemimpin gajah berkata,"kalau kau ingin gading ambillah seperlunya. Sebagai gantinya, berhentilah membunuh kami." Sinbad berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Ia pulang dengan memanggul gading gajah dan menyerahkan ke tuannya dengan syarat tuannya tidak akan membunuh gajah lagi. Tuannya berjanji dan kemudian memberikan Sinbad uang.

"Sampai disini dulu ceritaku", ujar Sinbad yang sudah menjadi saudagar kaya. "Aku bisa menjadi orang kaya, karena kerja keras dengan uang itu. Jangan putus asa, sampai kapanpun, apalagi jika kita masih muda," lanjut sang saudagar.

Pangeran Katak


 
Pada suatu waktu, hidup seorang raja yang mempunyai beberapa anak gadis yang cantik, tetapi anak gadisnya yang paling bungsulah yang paling cantik. Ia memiliki wajah yang sangat cantik dan selalu terlihat bercahaya. Ia bernama Mary. Di dekat istana raja terdapat hutan yang luas serta lebat dan di bawah satu pohon limau yang sudah tua ada sebuah sumur. Suatu hari yang panas, Putri Mary pergi bermain menuju hutan dan duduk di tepi pancuran yang airnya sangat dingin. Ketika sudah bosan sang Putri mengambil sebuah bola emas kemudian melemparkannya tinggi-tinggi lalu ia tangkap kembali. Bermain lempar bola adalah mainan kegemarannya.

Namun, suatu ketika bola emas sang putri tidak bisa ditangkapnya. Bola itu kemudian jatuh ke tanah dan menggelinding ke arah telaga, mata sang putri terus melihat arah bola emasnya, bola terus bergulir hingga akhirnya lenyap di telaga yang dalam, sampai dasar telaga itu pun tak terlihat. Sang Putri pun mulai menangis. Semakin lama tangisannya makin keras. Ketika ia masih menangis, terdengar suara seseorang berbicara padanya,”Apa yang membuatmu bersedih tuan putri? Tangisan tuan Putri sangat membuat saya terharu… Sang Putri melihat ke sekeliling mencari darimana arah suara tersebut, ia hanya melihat seekor katak besar dengan muka yang jelek di permukaan air. “Oh… apakah engkau yang tadi berbicara katak? Aku menangis karena bola emasku jatuh ke dalam telaga”. “Berhentilah menangis”, kata sang katak. Aku bisa membantumu mengambil bola emasmu, tapi apakah yang akan kau berikan padaku nanti?”, lanjut sang katak.

Apapun yang kau minta akan ku berikan, perhiasan dan mutiaraku, bahkan aku akan berikan mahkota emas yang aku pakai ini”, kata sang putri. Sang katak menjawab, “aku tidak mau perhiasan, mutiara bahkan mahkota emasmu, tapi aku ingin kau mau menjadi teman pasanganku dan mendampingimu makan, minum dan menemanimu tidur. Jika kau berjanji memenuhi semua keinginanku, aku akan mengambilkan bola emasmu kembali”, kata sang katak. “Baik, aku janji akan memenuhi semua keinginanmu jika kau berhasil membawa bola emasku kembali.” Sang putri berpikir, bagaimana mungkin seekor katak yang bisa berbicara dapat hidup di darat dalam waktu yang lama. Ia hanya bisa bermain di air bersama katak lainnya sambil bernyanyi. Setelah sang putri berjanji, sang katak segera menyelam ke dalam telaga dan dalam waktu singkat ia kembali ke permukaan sambil membawa bola emas di mulutnya kemudian melemparkannya ke tanah.

Sang Putri merasa sangat senang karena bola emasnya ia dapatkan kembali. Sang Putri menangkap bola emasnya dan kemudian berlari pulang. “Tunggu… tunggu,” kata sang katak. “Bawa aku bersamamu, aku tidak dapat berlari secepat dirimu”. Tapi percuma saja sang katak berteriak memanggil sang putri, ia tetap berlari meninggalkan sang katak. Sang katak merasa sangat sedih dan kembal ke telaga kembali. Keesokan harinya, ketika sang Putri sedang duduk bersama ayahnya sambil makan siang, terdengar suara lompatan ditangga marmer. Sesampainya di tangga paling atas, terdengar ketukan pintu dan tangisan,”Putri, putri… bukakan pintu untukku”. Sang putri bergegas menuju pintu. Tapi ketika ia membuka pintu, ternyata di hadapannya sudah ada sang katak. Karena kaget ia segera menutup pintu keras-keras. Ia kembali duduk di meja makan dan kelihatan ketakutan. Sang Raja yang melihat anaknya ketakutan bertanya pada putrinya,”Apa yang engkau takutkan putriku? Apakah ada raksasa yang akan membawamu pergi? “Bukan ayah, bukan seorang raksasa tapi seekor katak yang menjijikkan”, kata sang putri. “Apa yang ia inginkan dari?” tanya sang raja pada putrinya.

Kemudian sang putri bercerita kembali kejadian yang menimpanya kemarin. “Aku tidak pernah berpikir ia akan datang ke istana ini..”, kata sang Putri. Tidak berapa lama, terdengar ketukan di pintu lagi. “Putri…, putri, bukakan pintu untukku. Apakah kau lupa dengan ucapan mu di telaga kemarin?” Akhirnya sang Raja berkata pada putrinya,”apa saja yang telah engkau janjikan haruslah ditepati. Ayo, bukakan pintu untuknya”. Dengan langkah yang berat, sang putri bungsu membuka pintu, lalu sang katak segera masuk dang mengikuti sang putri sampai ke meja makan. “Angkat aku dan biarkan duduk di sebelahmu”, kata sang katak. Atas perintah Raja, pengawal menyiapkan piring untuk katak di samping Putri Mary. Sang katak segera menyantap makanan di piring itu dengan menjulurkan lidahnya yang panjang. “Wah, benar-benar tidak punya aturan. Melihatnya saja membuat perasaanku tidak enak,” kata Putri Mary.

Sang Putri bergegas lari ke kamarnya. Kini ia merasa lega bisa melepaskan diri dari sang katak. Namun, tiba-tiba, ketika hendak membaringkan diri di tempat tidur…. “Kwoook!” ternyata sang katak sudah berada di atas tempat tidurnya. “Cukup katak! Meskipun aku sudah mengucapkan janji, tapi ini sudah keterlaluan!” Putri Mary sangat marah, lalu ia melemparkan katak itu ke lantai. Bruuk! Ajaib, tiba-tiba asap keluar dari tubuh katak. Dari dalam asap muncul seorang pangeran yang gagah. “Terima kasih Putri Mary… kau telah menyelamatkanku dari sihir seorang penyihir yang jahat. Karena kau telah melemparku, sihirnya lenyap dan aku kembali ke wujud semula.” Kata sang pangeran. “Maafkan aku karena telah mengingkari janji,” kata sang putri dengan penuh sesal. “Aku juga minta maaf. Aku sengaja membuatmu marah agar kau melemparkanku,” sahut sang Pangeran. Waktu berlalu begitu cepat. Akhirnya sang Pangeran dan Putri Mary mengikat janji setia dengan menikah dan merekapun hidup bahagia.

Pesan moral : Jangan pernah mempermainkan sebuah janji dan pikirkanlah dahulu janji-janji yang akan kita buat.

Sumber : Serial Cerita Dunia, Elexmedia


To: My Friend

Time Link